Jumat, 12 Juni 2015

Cap Go Meh Singkawang

Hello readers! Berhubung saya tinggal di "Kota Amoy" alias Singkawang yang penduduknya didominasi oleh Tionghoa, jadi kali ini saya akan membahas tentang sebuah perayaan di kampung halaman saya yang setiap tahunnya selalu terjadi dalam sekali. Yup! Seperti judul postingan ini, saya akan membahas Cap Go Meh atau hari ke-15 yang juga merupakan hari terakhir dari masa perayaan tahun baru Imlek. Cap Go Meh ini berasal dari dialek Hokkien yang berarti malam kelima belas (Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam). Tujuan Cap Go Meh ini sendiri adalah untuk menangkal gangguan atau kesialan di masa mendatang. 

Di Taiwan, Cap Go Meh dirayakan sebagai Festival Lampion. Sedangkan di Penang, Malaysia, "Hari Valentine" tionghua ini merumakan masa dimana ketika wanita-wanita yang belum menikah berkumpul bersama dan melemparkan jeruk ke dalam laut. Lalu di kota kelahiranku ini, kalian akan menemukan atraksi Tatung. Tatung sendiri artinya adalah orang yang dimasuki roh atau yang biasa kita sebut dengan "kesurupan". Roh-roh yang memasuki tubuh Tatung diyakini sebagai roh-roh yang baik yang mampu mengusir atau menangkal roh-roh jahat yang hendak menggagu keharmonisan hidup masyarakat. Tatung dianggap sebagai tokoh pahlawan dalam legenda Tiongkok, seperti panglima perang, hakim, sastrawan, pangeran, dan orang suci lainnya. 

Dalam atraksinya, Tatung akan menjadi kebal, pipi mereka penuh dengan tusukan-tusukan kawat, mereka duduk diatas paku, berdiri di atas mata pedang, tetapi mereka tidak terluka. Bahkan beberapa dari mereka ada yang memakan ayam hidup-hidup lalu meminum darahnya. Paru tatung ini tidak hanya orang Tionghoa, banyak suku Dayak yang juga turut serta karena ritual Tatung ini mirip dengan upacara Dayak. 

Di bawah ini beberapa foto yang saya ambil saat acara tersebut berlangsung.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar